ingin ku tuliskan aksaraku di pinggir hatimu......

Thursday, December 13, 2012

TAHUKAH KAMU......



 
tahukah kamu…..
jingga bening senja itu, menggamit aku untuk pulang,
biarpun kantung rindu ini masih penuh
belum mampu isinya ku curah,
biarpun kaus sutera ini masih kosong dari bisik-bisik aksaramu...
 
 
aku tahu...
batas itu tetap menabiri indahnya rona  jingga suria di ufuk senja...
lalu... biarkan malam...  terus mencicah warna kusam di hati kita...
 
 
aku juga tahu,
pernah kita melakar taman-taman indah di beranda semu
pernah jua kita melukis alur-alur dingin di denai kenangan
biarpun duri itu masih terus mencucuk jari
dan darah merah masih menitis di pinggir hati
namun tetap lentik pelangi yang kita warnakan di kaus sutera ini...


tahukah kamu….


laila hanni 
3.25 pm
13 Disember 2012

Monday, November 26, 2012

~ sejuta harapan selaut impian ~



Dingin dini menyaksikan titis-titis embun yang meniti di tiap helai dedaunan
gerimis merembes dalam dingin yang meresap di setiap rongga-rongga dada
hembus angin menyampaikan seribu nuansa rasa
mencuit ingatan pada bisik-bisik pesan

di su
dut ini masih ada mimpi yang merajut desah-desah sejuta anganan
ingin sekali ku lontarkan saja desah itu ke dada malam
jauh ke dalam lazuardi rona langit
kuingin hanya binar cahaya yang menyapa pandangku
lalu menyuluh langkah-langkah kudus di denai laluanku

sejuta harapan mengalir bersama selaut mimpi
di muara sedar ia menongkah pilu yang membanjiri samudera hati
menyapu pergi parut-parut yang mencacatkan pandangan
dari luka pedih yang darahnya masih mengalir merah
dan masih terus membasahi kuburan yang tegap tanpa nisan….

Thursday, November 22, 2012

~Dewa Malam ~




Dalam dakap senja
hadirmu bagaikan membisik rasa
pabila hujan membasahi maya
dengan rintis-rintis dinginnya

Lantas sang pelangi
mengintai malu di persada senja
menanti rembulan menunjukkan rupa

kemarilah dewa malamku
kuseru dikau dengan bahasa rindu
bersama kita jerat senja bening ini
bersama kita pikat sang pelangi
kita hitung satu persatu warnanya
kuning, jingga, merah dan ungu
dan kita bawa bersama indahnya
belayar di mimpi kita malam nanti

Ah dewa malam....
bisik rindumu melarik sejuta lara di hamparan dada
pujuk cintamu buat jiwa diamuk badai gelora
mari bersama kita tatap suram warna malam
tersirna indahnya dek sinar rembulan
terpancar gemilangnya dek taburan bintang

tapi...
mengapa dewa malamku masih tertunduk?
dalam dakap malam yang masih bersisa?
tidak mampu melepaskan rindu
yang meluluh lantakkan jiwanya?
namun tidak juga mampu
merelakan ia berlalu begitu sahaja

dan aku dewi malam
dalam diam cuma bisa mendesah
dalam nafas cinta yang tak kesampaian
lalu ku nantikan lagi desah angin
membawa misteri ke dalam mimpiku
bersama dikau dewa malamku.....

Wednesday, November 7, 2012
















aku kan terus mengayam dedaun rindu,
yang menghijau segar di akar semalu,
agar terus ia mekar tanpa layu
melingkari mimpi dalam lenaku,

akan aku terus mengutip si kunang-kunang,
buat penyuluh di perdu rasaku,
moga terus ada cahaya seindah bintang
walau kusam di hujung tatapku,

dan aku kan terus menggumpal salju,
di biru langit dalam anganku,
biar meresap rona-rona syahdu
menggantung harap di puncak kalbu

terus..... lagi dan lagi...

Wednesday, September 26, 2012

~ Sesaat Cukup Bagiku ~






Saat bahteraku gersangan di sebuah Sahara,
Dahagakan setitis embun bernama cinta,
Kau hadir mengucap salam tanpa sebuah makna,
Lantas sekeping hati yang alpa, berputik rasa mekar berbunga,

Hadirmu bak embun pagi, hanya untuk sedetik cuma,
Menjanjikan segar hanya untuk seketika sahaja,
Namun bahagia menjelma menongkah seribu rahsia,
Menyulam dahaga rindu dalam sebuah bahtera

Dan saat pantai kasihmu kian menjelma,
Semakin hampir bahtera ke pelabuhan cinta
Bagaikan ada enggan di hati seorang nakhoda
Merelakan bahteranya singgah di muara

Andai waktu bisaku hentikan
Maka saat ini pasti itu yang aku lakukan
Kerana kalbu ini bagaikan enggan
Untuk kembali sepi dalam kegersangan

Andai rindumu dapat kuraih
Akanku tunggu tanpa kenal erti letih
Ingin ku tenggelam di lautan cintamu
Walau sesaat sudah cukup bagiku


laila hanni
Ogos 2010

Thursday, August 30, 2012

~ HADIR ~
















Bisakah aku terus di sini
Menyapa sang angin di hujung dini
Saat menghitung bintang di langit lazuardi
Untuk ku gantung menghiasi pelamin mimpi

Atau patutkah aku terus di sini
Membiarkan angin mengucup di pipi
Saat hembusnya menyentuh lembut di hati
Untuk ku simpan angan di puncak sanubari

Dan haruskah aku terus di sini
Menyeka angin yang membadai hati
Saat kencangnya mengurai rambutku ke dahi
Untuk kembali ku andam indah bak sanggul sang bidadari….

Ataukah mungkin
Lebih baik jika ku tinggalkan tempat ini
Membawa pergi pilu di hati

Wednesday, August 29, 2012

Kontang… Gersang….


Add caption



sungai itu
titis airnya semakin kontang
alir lesunya semakin gersang
debu-debu mula berterbangan
rumput-rumput mula kekeringan

ke mana hilangnya titis-tits gerimis
hingga gersang jiwa sang pengemis

kemana perginya alur hujan di bukit
hingga biduk tak mampu lagi ku mudik


makin kontang...
makin gersang....

Tuesday, August 28, 2012

Bisu cinta kita….



pada suram cahaya bulan
di dada sunyi dinihari
bisu bicara kita
bak dendangan langgam rindu
bersenandung...
menggamit syahdu hati

pada indahnya nada berlagu
pasungan rasamu terlerai
dan kau turut sama
melangkahkan tari...
lantas...
bahasa bisu cinta kita bergema...
disegenap buana....
melafazkan ikrar ...
janji setia....

laila hanni
15/05/2011

Thursday, August 2, 2012

~ tarian jiwa ~

Jemari ini masih mau mewarnakan ronanya
Di kaus tipis dari kain sutera
Untuk kau tatap dengan syahdu sekeping rasa
penuh rindu gelora jeling mata Sang Rajuna

Untai kata ku rajut penuh kudus dari jiwa
Bebahasa indah bak puisi sang dewangga
Untuk kau ungkapkan kata penuh berbahasa
dalam pujuk rayu bisik-bisik sang Arjuna

Tataplah… Dengarlah…
Namun jangan sesekali kau pernah
ucapkan bisik-bisik bernada resah

Tuntunlah.. Pandulah ..
Hingga yang buta tetap bisa melangkah
Dan yang bisu tetap mau bertitah…

Sunday, July 29, 2012

~DENTING GITARMU~




Di sini ada cinta yang menyala,
Di ruang gelap ini ada rindu yang membara,
Lantas hati mula berbisik kata,
Bibir mula lancang berbicara,
Tentang lagu jiwa, dendangan rasa,

Dan kau di sana,
Mula memetik gitar,
Melagukan irama bernada lara,
Menyusun bait lirik berirama duka,
Dalam ritma rindu yang kian memuncak di dada,

Di sini, ada hati yang terluka,
Ada jiwa yang sengsara,
Membisik khabar dalam setia,
Menanti salam dalam derita,
Menunggu bisik bicara meluahkan rasa,

Namun di sana kau terus dengan gitarmu,
Memetik hatiku menambah duka,
Kerna janji takkan pernah terlafaz,
Kasih takkan pernah terungkap,
Dan aku kan terus kau anggap gitar,
Yang kau petik ,
Buat penawar dukamu...