ingin ku tuliskan aksaraku di pinggir hatimu......

Friday, November 15, 2013





~ ASA~


Debur ombak ganas menghempas
Menyambut rinai menghimpun gerimis 
Di hujung malam rindu terus bermagis
Sayup terdengar suara bisik meratap tangis

Atas batu di gigi pantai 
Ada jiwa gelisah menentang badai 
Cuba mengutip buih-buih putih yang berderai
Cuba menghimpun mutiara kasih yang terlerai

Badai ombak terus-terusan menggempur hati.
Melindap temaran cahaya yang mematri
Bersungkawa menjulang pedih sebuah erti
Menazamkan lirih-lirih senandung sang pari-pari

Sudahkah tiba di titik penghujung ?
Hingga bisa bercerita tentang aral… tentang gagal
Membungkah asa melangkah… meredah terjal

Atau mungkinkah itu hanya titik mula ?
Menegak atma berpuingkan tunjang akal jiwa
Yang tiada pernah terlihat di mana pengakhirannya....

Friday, February 22, 2013

~ RESAH~










Gigil jiwa menatang resah
Menatap langit mencari asal gundah 
Malam masih bisikkan lagu pilu  
Menanti sang dewa mengalun rind


 Siapa bilang datangnya membawa dendang
Siapa kata hadirnya berdondang sayang
Sedang terus kalbu meratap walang
Dan masih mata menatap riak-riak bimbang 



Lelah… lelah mengalunkan indah syair cinta  
Biarkan hati mengadu dalam kantung duka
Lalu tebarkan saja biar meluncur bersama angin
Terbaur hangat getar hati menghembus dingin….


Saturday, January 19, 2013

~ keterbatasan ini ~



terlalu banyak ketebatasan 
dalam indah ruang yang tercipta
tidak pernah ada penghujungnya
hanya terpisah dek satu garisan
namun, meski hanya satu garis
tak akan mampu untuk ku padamkan

Keterbatasan itu menggamit
menjemput sejuta ingin
untuk hati menyatakan selaut mau
sedang bibir tak bisa luahkan segala inginnya

dalam keterbatasan yang bawa kecundang
ku simpan segala tangis
tak ingin lagi ratap rintih
pedih gurat luka kan ku rawat
tak ingin lagi hati terus tergurat

ahhh ..... bisakah aku.....
sedang ruang itu masih kau bentangkan buatku
di batas-batas yang tetap membelenggu
dalam bait-bait bisumu...

~Bahtera Yang Hilang~



suatu waktu dahulu 
saat rembulan terjaga dari lena
bahtera yang lalu singgah menyapa
mengalun rindu dalam bisik-bisik angin
lagukan sendu dalam desah-desah dingin 
lalu dermaga biarkan ia singgah beradu

lantas karang mendendangkan lagu-lagu ria
mutiara beraksara mengalunkan bisik-bisik cinta
bagaikan dewa dan dewi di pantai asmara
bermain ombak dalam riuh teriak camar

malam jadi cerah di sirami cahaya rembulan
bak lantera indah menunjukkan haluan
mengintai fajar mencari titik-titik mula 
menanti siang menyimbah hangat sang suria

namun…
tiba-tiba bahtera tegar mengangkat sauh
tekad menebar layar menuju ke samudera jauh
bawa bersama lantera yang menerangi

dan...
dalam suram malam dermaga terus menanti
sendirian mengalunkan lagu-lagu sepi
ahh... apa mungkin bahtera kan kembali lagi….

~ Izinkan aku ~



Tak bisa aku melontarkan kata
Dalam bait-bait nada hanya ada rasa
Melagukan rindu dalam bisik-bisik kaku
Mendendangkan syahdu di relung-relung kalbu

Gitarmu terus berdenting
Memetik jiwaku di malam bening
Mata tak bisa pejam
Hati terasa bagai direjam

kasih…..
Teruslah bersuara
Kerna aku tak betah menanti
Bisik-bisik dendangan bisumu….

kasih…
Meski tanpa wajah…
Izinkan aku meminjam wajahmu…
Untuk ku pahatkan menjadi arca di hatiku…

~ LENA ~



Semalam…
Saat lenaku di tatang ilusi
Mimpi datang mengajakku berlari
Menjerat ku hingga ke dini
Lalu rebah aku dalam dingin pagi

dalam mimpiku...
ku racik cebis-cebis cendana
ku taburkan dalam dupa kencana
harumnya meresap di tiap rongga-rongga
menyelusuri di setiap urat nadiku
menyapa di bilah-bilah netraku
lalu menjengah di jendela hatiku
menjejaki hadirmu yang diam-diam.... ada di situ....

saat itu
dingin rinai merembes lembut di pipi
membawa indah yang tak bertepi
hingga saat jaga menjemputku di hujung dini
masih harum cendana semerbak menyapa hati
hingga ku sangka aku masih lagi bermimpi.....

~ kelana jiwa ~

jiwa ini kan tetap berkelana
dalam aksara ia menabur sejuta makna
meski terlihat bagai terpenjara
di puncak semu memasung tinta tuk terus berbicara...

lirih lantun jiwa ini masih mau berkelana
meski keterbatasan itu meletakkan garis
namun ia tidak pernah akan bisa
memisahkan arah yang mau kurintis....

~Kembali~



Jalan telah tersuluh cerah
Terbentang luas untuk dijarah
Namun mengapa jiwa masih ingin menjelajah
Mengapa hati masih tegar mencari arah

Terlalukah goyah menegakkan puing-puing
Menadah lelangit senja menatap bening
Atau mungkah sudah hilang selaut pasrah
Yang dirajut dari lembar-lembar mimpi berdarah

Ayuh.... kemari....
Atur kembali langkah-langkah longlai
Dalam memori usang yang tak pernah usai
Menghitung kembali buih-buih di tepian pantai
Mengutip kembali mutiara yang putus berderai

Ayuh....
Untaikan kembali mutiara yang bertaburan
Gantungkan kembali menjadi jambatan
Hiasi indah bersama rona lentik pelangi
Hubungkan mimpi-mimpi dalam kias ilusi