Saturday, January 19, 2013
~ keterbatasan ini ~
terlalu banyak ketebatasan
dalam indah ruang yang tercipta
tidak pernah ada penghujungnya
hanya terpisah dek satu garisan
namun, meski hanya satu garis
tak akan mampu untuk ku padamkan
Keterbatasan itu menggamit
menjemput sejuta ingin
untuk hati menyatakan selaut mau
sedang bibir tak bisa luahkan segala inginnya
dalam keterbatasan yang bawa kecundang
ku simpan segala tangis
tak ingin lagi ratap rintih
pedih gurat luka kan ku rawat
tak ingin lagi hati terus tergurat
ahhh ..... bisakah aku.....
sedang ruang itu masih kau bentangkan buatku
di batas-batas yang tetap membelenggu
dalam bait-bait bisumu...
~Bahtera Yang Hilang~
suatu waktu dahulu
saat rembulan terjaga dari lena
bahtera yang lalu singgah menyapa
mengalun rindu dalam bisik-bisik angin
lagukan sendu dalam desah-desah dingin
lalu dermaga biarkan ia singgah beradu
lantas karang mendendangkan lagu-lagu ria
mutiara beraksara mengalunkan bisik-bisik cinta
bagaikan dewa dan dewi di pantai asmara
bermain ombak dalam riuh teriak camar
malam jadi cerah di sirami cahaya rembulan
bak lantera indah menunjukkan haluan
mengintai fajar mencari titik-titik mula
menanti siang menyimbah hangat sang suria
namun…
tiba-tiba bahtera tegar mengangkat sauh
tekad menebar layar menuju ke samudera jauh
bawa bersama lantera yang menerangi
dan...
dalam suram malam dermaga terus menanti
sendirian mengalunkan lagu-lagu sepi
ahh... apa mungkin bahtera kan kembali lagi….
~ Izinkan aku ~
Tak bisa aku melontarkan kata
Dalam bait-bait nada hanya ada rasa
Melagukan rindu dalam bisik-bisik kaku
Mendendangkan syahdu di relung-relung kalbu
Gitarmu terus berdenting
Memetik jiwaku di malam bening
Mata tak bisa pejam
Hati terasa bagai direjam
kasih…..
Teruslah bersuara
Kerna aku tak betah menanti
Bisik-bisik dendangan bisumu….
kasih…
Meski tanpa wajah…
Izinkan aku meminjam wajahmu…
Untuk ku pahatkan menjadi arca di hatiku…
~ LENA ~
Semalam…
Saat lenaku di tatang ilusi
Mimpi datang mengajakku berlari
Menjerat ku hingga ke dini
Lalu rebah aku dalam dingin pagi
dalam mimpiku...
ku racik cebis-cebis cendana
ku taburkan dalam dupa kencana
harumnya meresap di tiap rongga-rongga
menyelusuri di setiap urat nadiku
menyapa di bilah-bilah netraku
lalu menjengah di jendela hatiku
menjejaki hadirmu yang diam-diam.... ada di situ....
saat itu
dingin rinai merembes lembut di pipi
membawa indah yang tak bertepi
hingga saat jaga menjemputku di hujung dini
masih harum cendana semerbak menyapa hati
hingga ku sangka aku masih lagi bermimpi.....
~ kelana jiwa ~
jiwa ini kan tetap berkelana
dalam aksara ia menabur sejuta makna
meski terlihat bagai terpenjara
di puncak semu memasung tinta tuk terus berbicara...
lirih lantun jiwa ini masih mau berkelana
meski keterbatasan itu meletakkan garis
namun ia tidak pernah akan bisa
memisahkan arah yang mau kurintis....
dalam aksara ia menabur sejuta makna
meski terlihat bagai terpenjara
di puncak semu memasung tinta tuk terus berbicara...
lirih lantun jiwa ini masih mau berkelana
meski keterbatasan itu meletakkan garis
namun ia tidak pernah akan bisa
memisahkan arah yang mau kurintis....
~Kembali~
Jalan telah tersuluh cerah
Terbentang luas untuk dijarah
Namun mengapa jiwa masih ingin menjelajah
Mengapa hati masih tegar mencari arah
Terlalukah goyah menegakkan puing-puing
Menadah lelangit senja menatap bening
Atau mungkah sudah hilang selaut pasrah
Yang dirajut dari lembar-lembar mimpi berdarah
Ayuh.... kemari....
Atur kembali langkah-langkah longlai
Dalam memori usang yang tak pernah usai
Menghitung kembali buih-buih di tepian pantai
Mengutip kembali mutiara yang putus berderai
Ayuh....
Untaikan kembali mutiara yang bertaburan
Gantungkan kembali menjadi jambatan
Hiasi indah bersama rona lentik pelangi
Hubungkan mimpi-mimpi dalam kias ilusi
Subscribe to:
Posts (Atom)